Jumat, 26 September 2008

Ingin Kuasai Jin Seperti Sulaiman?

UNTUNG Tuhan menciptakan jin tak kasat mata. Jika tidak, orang bakal kehilangan gairah untuk beraktivitas. Kemanapun mata memandang, jin dalam beragam bentuk bakal terlihat.
Yang tidak percaya eksistensi jin, silakan tertawa. Tetapi, asal tahu saja, mengimani keberadaan mereka (awas, jangan dikelirukan dengan beriman kepada mereka), adalah bagian dari keimanan kepada kekuasaan Tuhan.

Dalam khazanah Islam, seorang muslim wajib meyakini hal tersebut. Seperti disampaikan dalam Alquran pada surat Al Hijr ayat 27, “Dan sesungguhnya Kami telah ciptakan manusia (Adam) dari tanah liat kering yang berasal dari lumpur hitam yang diberi bentuk. Dan kami telah ciptakan jin sebelum (Adam) dari api yang sangat panas”.

Pada dasarnya, jin memang tidak bisa dilihat dengan mata biasa. Ini pun dijelaskan dalam surat Al AĆ­raf ayat 27 “Sesungguhnya ia (jin) dan pengikut-pengikutnya melihat kamu dari suatu tempat yang kamu tidak bisa melihat mereka”.

Sekali lagi, untung mereka tidak tampak mata. Sebab, jumlah mereka jauh lebih banyak dari manusia. Sebagai makhluk gaib, mereka tidak terikat dengan unsur kemanusiaan yang bersifat materialistik. Umur mereka juga lebih panjang daripada manusia. Sehingga populasi jin lebih banyak daripada manusia, sebab mereka juga beranak pinak.

Karena sifatnya yang gaib pula, mereka tidak terikat dengan ruang seperti yang manusia butuhkan. Ruangan seukuran 1 meter persegi paling cuma cukup buat tiga manusia berdiri. Tetapi, ruangan yang sama bisa didiami oleh ribuan jin. Ada betulnya juga cerita Aladin dan lampu ajaibnya. Bangsa jin mampu pula keluar masuk benda-benda lain, termasuk ke tubuh manusia, tanpa dapat dihambat.

Dalam risalah Nabi Sulaiman juga disampaikan mengenai tidak terikatnya jin dengan ruang dan waktu. Ketika itu, seperti disebutkan dalam Alquran surat An Naml ayat 39, jin Ifrit menyatakan “Aku sanggup membawanya (singgasana Balqis) kepada baginda (Nabi Sulaiman) sebelum baginda berdiri dari persidangan ini”.

Begitu hebatnya jin, manusia bisa kalah dong? Tidak juga. Buktinya, Nabi Sulaiman dapat menguasai mereka. Di lingkungan kita sendiri, juga banyak cerita tentang tuyul. Ini sebangsa jin juga yang dikuasai manusia.

Ada dua sebab, yang membuat jin mau menuruti kehendak manusia. Pertama, ketaatan manusia kepada Tuhan. Orang yang dekat dengan Tuhan, bakal ditakuti jin manapun. Kedua adalah kebalikannya, keingkaran kepada Tuhan. Orang yang mengingkari Tuhan bakal disenangi jin yang juga ingkar kepada-Nya. Mereka bakal dengan senang hati menghamba kepada manusia ingkar tersebut.

Nabi Muhammad pada suatu ketika pernah diganggu Ifrit ketika tengah salat. Namun, Allah melindunginya. Nabi lalu menangkap Ifrit dan berniat mengikatnya pada teras masjid, sampai pagi hari, agar umat dapat melihatnya.
“Tetapi saya ingat kepada Nabi Sulaiman (yang mampu menguasai jin atas izin Allah) yang pernah berdoa: Ya Allah, ampunilah saya dan berilah saya kerajaan yang tidak pantas bagi orang-orang sesudah saya,” sabda Nabi sebagaimana diriwayatkan Bukhari.

Artinya, Nabi Muhammad dan umatnya, sebetulnya mampu menguasai ilmunya Sulaiman: mengalahkan, menguasai dan bekerjasama dengan bangsa jin. Namun, sebagai penghormatan kepada Nabi Sulaiman, Nabi Muhammad tak melakukan hal yang sama seperti pendahulunya itu. Nabi Muhammad tidak menguasai bangsa jin. Tidak pula membentuk pasukan jin untuk melawan kafir Quraisy. Peperangan dijalaninya dengan segenap kekuatan manusiawi. Ingat bagaimana gigi beliau rontok dalam perang Uhud? Tidak pula beliau bekerjasama dengan jin untuk membangun Masjid Nabawi dalam waktu semalam, seperti legenda Bandung Bondowoso misalnya.

Anehnya, banyak umat Nabi Muhammad yang kebelet menguasai ilmunya Nabi Sulaiman.